Uda
pada nonton The Fault In Our Stars ga? Kalo uda mari kesini bergabung dengan
saya untuk membahas tentang film dan juga novelnya) The Fault In Our Stars ini
uda jadi salah satu yang bikin hidup saya hancur (bukan dalam hal beneran hancur) hanya saja baca dan nonton filmnya sama2 bikin
ngeluari air mata dan frustasi. Ini adalah rekor terlama saya menangis
menyaksikan film dan membaca novel. Sampe2 pas keluar bioskop itu malu dan
nutupin mata. Lupa bawa tissue lagi, alhasil jilbab jadi basah. Behhh beneran
ini uda kayak “The Knife in Our Heart”. But btw diluar dari hal itu tadi, yang
bikin saya senang adalah love storynya dan betama mengesankannya seorang
Augustus Waters.
The Fault In Our Stars adalah
novel best seller dari seorang novelis asal Indianapolis, John Green. Novel ini
merupakan salah satu #1 New York Times Bestseller dan mendapat sambutan hangat
dari masyarakat. Novel ini telah diterjemahkan ke Bahadsa Indonesia dengan
judul kecilnya Salahkan Bintang-Bintang.
Cover film The best of the best bagi sayaa |
Hazel
Grace Lancaster, seorang anak gadis berumur 16 tahun yang menderita penyakit
kanker paru-paru stadium empat yang harus membawa tangki oksigen kemanapun dia
pergi untuk membantunya bernafas. Penyakit yang dideritanya membuat dia lebih
senang menghabiskan waktu dengan membaca dan menonton acara televise
kesukaannya. Hal ini membuat kedua orang tuanya khawatir sehingga mereka
merekomendasikan Hazel untuk mengikuti sebuah kelompok yang disebut Kelompok
Pendukung, yaitu kelompok para pengidap
kanker yang bergabung untuk saling menyemangati satu sama lain. Dan
disanalah awal pertemuannya dengan seorang pria tampan, Augustus Waters.
Dengan
bermodalkan novel kesayangan Hazel, Kemalangan Luar Biasa, mereka semakin
dekat. Hingga suatu hari Augustus berniat membantu Hazel untuk memenuhi
keinginnyannya yaitu mengetahui kelanjutan cerita dari novel kesayangannya itu,
karena novel tersebut berakhir tepat di tengah kalimat dengan meninggalkan
banyak tanda Tanya untuk para tokohnya. Amsterdam, negara yang akan dikunjungi
mereka untuk bertemu dengan sang penulis Kemalangan Luar Biasa, Peter Van
Houten. Namun kejadian yang tak diduga sebelumnya terjadi saat mereka
mengunjungi lelaki tua itu. Sesuatu yang membuat Hazel kecewa, namun tidak
hanya sampai disitu, di Amsterdam lah sebuah kenyataan yang menyakitkan harus
diterima oleh Hazel.
Hazel and Gus in Amsterdam |
Sepulang
mereka dari Amsterdam, keadaan semakin memburuk. Dan dari sinilah menurut saya
mulai klimaks dari kisah ini sendiri. Dari kenyataan itu kita akan semakin
dibawah jauh ke dalam perasaan Hazel yang memilukan. Tidak sampai disitu, akhir
dari novel ini akan membuat anda semakin
meneteskan air mata. Dan saya ingatkan, sebaiknya anda menyiapkan tissue
di akhir-akhir bab.
Novel
ini akan mempresentasikan kepada kita tentang kehidupan seorang gadis yang
mengidap kanker dan hubungannya dengan sang pacar serta teman mereka, Isaac,
yang juga pengidap kanker. Kita akan ikut masuk ke dalam kehidupannya dengan
segala macam persoalan yang ada. Kita akan mendapat pesan moral dari novel ini,
bahwa kita harus mensyukuri keadaan kita sekarang ini jika dibandingkan dengan
mereka. Hazel membuktikan itu dengan terus menjalani kehidupan demi orang
tuanya dan juga demi Augustus. Hazel dan Augustus juga memilih menjalani hidup
seperti orang lainnya, tanpa ada kesedihan yang mendalam yang harus mereka
ratapi.
Diatas adalah bagian dari resensi saya dari novel The Fault
In Our Stars. Dan mengingat bahwa filmnya sendiri sudah rilis di bioskop (dan
saya sudah menontonnya dengan berlinang air mata) maka saya putuskan untuk
membuat beberapa perbedaan antara novel dan film. Memang, pasti banyak
perbedaannya dan itu semua untuk tujuan film yang hanya membutuhkan waktu
maksimal 2 jam lebih. Jadi berikut analisis saya tentang perbedaan novel dan
filmnya.
SPOILER ALLERT!!!
1.
Pertemuan Augustus dan Hazel bukanlah secara
bertabrakan seperti di film tetapi saat mereka duduk di Kelompok Pendukung. Dan
menurut saya, adegan bertabrakan itu berkesan banget dan so sweet ;))
2.
Menurut novel, mata Hazel berwarna hijau dan
Augustus biru, namun di film mereka tetap mempertahankan mata para pemainnya
yaitu Shailene dan Ansel. Dan juga rambut Isaac seharusnya pirang, namun di
film Nat Wolff yang berperan sebagai Isaac berambut hitam.
3.
Ketika akan berangkat ke Amsterdam, Gus datang
dengan mobil super mewah untuk menjeput Hazel dan Ibunya, itu adalah bagian di
film. Namun untuk versi novelnya, Hazel dan Ibunya yang menjemput Gus ke
rumahnya dan mendapati Gus sedang bertengkar kecil dengan ibunya. Ini salah
satu yang menjadi clue tentang keadaan Augustus yang sebenarnya.
4.
Adegan di pesawat, aaahh saya lebih menyukai
versi film, lebih lucu dan menggemaskan. Augustus yang belum pernah naik
pesawat sebelumnya bertingkah aneh dan konyol yang membuat para penonton masih
gemes. Di film ada ditambahin lelucon Gus yang bilang “HA HA” (kalian taulah
yang mana)
5.
Rumah Peter Van Houten. Kalau di novel dikatakan
ruang duduknya steril maka di film adalah kebalikannya, buku berserakan
dimana-mana.
6.
Cara dan momen Augustus menyatakan cintah lebih keren
di film. Kalau di novel, Gus menyatakan cinta saat di pesawat (dan ini menurut
saya ga cool ah, kok di pesawat? Mana ibunya Hazel disebelah Hazel jugaaa
yaaah) naah kalo di filmnya waktu makan malam romantis. Nah ini baru yang bener
wkwk
7.
Momen dimana Augustus ngasih tau Hazel tentang
penyakitnya. Kalau di novel kurang menurut saya, Gus ngasih taunya pas di kamar
hotel. Nah kalo di film itu di bangku pinggir kanal Amsterdam. Duuuhh memorial
banget adegan ini. Liat muka Gusnya pengen meluk terus bilang “It’s gonna be
okay Gus, you’re gonna be okay” *dreaming
8.
Naah ini adegan love scenenya, kalau di novel
katanya sih disensor, ga ada penjelasannya. Yang ada hanya setelahnya. Kalau di
film, you know laahh. Romantisnya bikin meleleh, pake bikin percakapan “I Love
You”an malaah. Aaahhhh melting..
9
Momen lempar telur menurut saya sama2
mengasyikkan. Di film dan novel yang membuat perbedaannya hanya penambahan
linenya Augustus yang kayak gini “We have five legs, four eyes and two a half
pair of working lungs” aahh itu bener2 bikin makin cinta sama Gus.
1 Di film ga ada dikasih liat foto Gus sama Isaac
yang diambil Hazel. Foto terakhir Gus di hp Hazel. Pengen liat fotonyaaa aaaa
:’(
11.
Masuk ke adegan pemakaman (saya yakin siapapun
di bioskop pasti nangis). Dimana versi novel uda tentu lebih menyedihkan.
Dengan deskripsika Hazel akan keadaan Augustus yang didandan rapi di dalam
peti. Ini yang bikin paling nyesek selama baca novelnya. Kira-kira begini
“Perjalanan itu terasa panjang, tapi aku terus meminta paru-paruku untuk diam,
mengatakn bahwa mereka kuat dan bisa melakukan hal ini. Aku bisa melihat Gus
ketika aku semakin dekat : Rambutnya
dibelah rapi di sisi kiri kepalanya dengan
cara yang pasti akan dianggapnya teramat sangat mengerikan. Dan,
wajahnya dirias. Tapi, dia masih Gus. Gusku yang kerempeng dan rupawan.
(saya ingin waktu baca bagian ini jam setengah 2 malam dan terisak-isak di
bantal). Ini ada di hal 361, dan memorial bangetlah pokoknya. Oia ditambah saat
Hazel mencoba untuk menghubungi Augustus untuk menceritakan kesedihannya
tentang kepergian Augustus. Kalo yang inilaaah, habis air mata ini.
12.
KAlau di film Hazel meletakkan rokok di atas
peti Gus secara terang2an, dan berkata “I was his girlfriend” dan ini bikin
makin mewek pas nonton filmnya. Kalo di novel secara diam2 hanya saja ada
quotes kayak gini “ Kau bisa menyalakannya. Aku tidak akan keberatan.” I NEED
TISSUE!!
13.
Terakhir, proses Hazel menemukan surat Gus untuk
Van Houten. Di film lebih singkat, kalau di novel benar2 penuh perjuangan, dan
saya pribadi lebih suka yang di novel.
14.
Kata terakhir di film adalah “Okay Hazel Grace?”
“Okay” kalau di novel “I do Augustus. I do”. Dua2nya sih mengesankan, tapi I do
Augustus lebih menyedihkan.
Sebenarnya sih saya sendiri kurang yaaah gitu ya maksudnya
kenapa Hazel sampai sebegitunya ngotot pengen tau apa kelanjutan kisah
Kemalangan Luar Biasa itu. I mean, it’s just a story, right? But yeah I do
understand, terkadang saat kita benar2 memasukkan sesuatu yang fiksi ke dalam
kehidupan akan kebawa seakan akan itu nyata dan mungkin itu yang dialami Hazel
Grace. Dan beneran, saya mendambakan seorang Augustus. Uda tampan, kocak,
periang, kiasan-kiasannya itulohhhh. Oia the way he called her always with
“Hazel Grace” so sweet. Tapi yaaa itulah kayaknya John Green punya pikiran gitu
“Here I give you something perfect. You happy? And then let me kill him.” Pfftt
tapi yaaa itulah poinnya di novel ini, kalo ceritanya datar2 aja terus happy
endingkan ntar ga seru. Apalagi menurut saya klimaknya itu pas Gus bilang kalo
dia kenak kanker lagi. “Aku menyala seperti pohon natal, Hazel Grace.” Ini
adalah kata2 yang paling menyedihkan. Augustus seorang remaja yang kocak riang
dan penuh kiasan menarik akan selalu diingat oleh fans novel ini. Seorang
Augustus yang ingin diingat semua orang dan narsis, yeah narsis! Dia ga segan2
bilang dirinya sendiri tampan. But Augustus I do. I do Augustus. I do remember
you. You have a place in my heart. Don’t you worried about your oblivion.
Daan selain itu kita harus juga member apresiasi buat
Isaac, dia uda kehilanga matanya, dicampakkan Monica, ditinggal Gus dan cepat
atau lambat bakam ditinggal Hazel juga. Oiaa menurut kabar saya pernah baca,
John Green bilang kalo Hazel meninggal satu tahun setelah kepergian Augustus.
Itu juga sebelumnya yang jadi pertanyaan saya, setelah Augustus meninggal, apa
yang terjadi pada Hazel? Sampai kapan dia bertahan hidup dari kankernya? Atau
bisa selamat, dan hari ini saya baru mendapatkan jawabannya.
Gus, Isaac, and Hazel. I love this pairing :) |
Oia sebelum lupa, menurut aku terjemahan novelnya kurang.
Ga tau kenapa yaa. Awalnya liat2 di twitter lagi booming banget ini novel.
Pengen dong bacanya, nah beli deh kan. Uda niat baca nih, eh gitu liat covernya
sama isinya yang ada tulisan2 hatinya jadi ngurungin niat. Uda baca hamper 2
bab dan kurang srek. Ditunda-tunda smpe keluar filmnya belum juga tebaca (kali
ini karna musim ujian jadi pati ga bisa). Nah bisa bacanya setelah nonton
filmnya (betapa bodohnya sayaaa). Tapi itu ga terlalu berpengaruh sama sekali. Cuma
memang yang paling mengecewakannya kalo tau gitu saya mending belinya setelah
filmnya keluar aja, biar covernya dapat yang bagus gambar mereka aaaa :’( ini
benar2 penyesalan yang sangat dalam, karena novel terjmahan sebelumnya covernya
mirip buku cerita anak-anak, padahal kalo cover aslinya cantik banget, sama sama biru sih. Awalnya mikir pas
beli covernya kayak cover di Amrik ga tau bukan. Tpi gpp deh, yang pentingkan
isi ceritanyaa ya yaayayaya J)
oia I just considered to read it in English version. Katanya sih lebih ngena
plus kata2nya lebih indah diucapkan. Bayangkan dong yang ini “Some infinities
are bigger than other infinities” nah kalo di terjemahkan jadi “Beberapa
ketakterhinggaan lebih besar dari ketakterhinggaan lainnya” ribetkan bacanyaaa.
Tapi yaa terjemahan novel ini tetap bagus kok, kalo ga bagus kan ga mungkin
bisa kita mengerti ceritanya.
Andaikan saya dapat salah cover ini :( |
Sebelum pamit, saya mau bagi quotes2 yang menarik. Lets see
:
a. Versi novel (terjemahannya)
“Depresi
adalah efek samping dari sekarat.” – Hazel Grace
“Hanya
satu hal di dunia ini yang lebih menyebalkan daripada mati gara-gara kanker di
usia enam belas, yaitu punya anak yang mati gara-gara kanker.” – Hazel Grace
“Peter
Van Houten adalah satu-satunya orang yang kukenal yang seakan (a) memahami
bagaimana rasanya sekarat, dan (b) belum mati.” – Hazel Grace
“karena
kau cantik, dan aku suak memandangi makhluk cantik.” – Augustus Waters
“Rokok
tidak akan membunuhnya, kecuali jika kau menyalakannya.” – Augustus Waters
“Seakan
‘Selamat! Kau seorang perempuan. Sekarang matilah!’” – Hazel Grace
“Dunia
bukanlah pabirk pewujud keinginan” – Augustus Waters
“Augustus
Waters adalah bajingan yang senang
memuji dirinya sendiri. Tetapi kami memaafkannya.” – Isaac
“Satu-satunya
orang yang ingin kuajak bicara mengenai kematian Augustus Waters adalah
Augustus Waters.” – Hazel Grace
Banyak sekali sebenarnya, beberapa yang di atas adalah
perwakilannya. Nah kalo yang versi bahasa Inggrisnya :
“Some infinities are bigger than other infinities.” – Hazel
Grace
“I never took another picture of him.” – Hazel Grace
“Okay?” – Augustus “Okay.” – Hazel
“Augustus Waters is a cocky son of a bitch, but we forgive
him.” – Isaac
“it’s be a privilege to have my heart broken by you” –
Augustus Waters
“A metaphor.” – Augustus Waters
“Maybe ‘Okay’ will be our ‘Always’” – Augustus Waters.
“I called it a nine because I was having my ten. And here it was, the
great and terrible ten.” – Hazel Grace
“But Gus, my love. I cannot tell you how thankfull I am for our little
infinity.” – Hazel Grace
“That’s the thing about pain. It demans to be felt.” – Augustus Waters
Last, favorite scene from movies :
1.
Gus ngeliatin Hazel terus sambil senyum ga
kedip2. Ini itu awwwww. Tapi sebenarnya yang di novel lebih aww. Soalnya mereka
kayak lomba gitu, trus Gus ngalihkan pandang dan tersenyum. Artinya Hazel
menang.
2.
Adegan ‘A Metaphor’ Gussss, you don’t how I love
you so much.
3.
Hazel nunggu2 telepon dari Augustus. Hihi I know
what you feeling Hazel. Oia ini ga ada di novel deh kayaknya yg Hazel nungguin
telp Gus. Malah Gus yang pengen cepat2 berinteraksi sama Hazel lagi.
4.
Adegan Isaac ngehancuri semua piala Augustus.
Lucu deh sambil mereka cakap2 backgroundnya si Isaac yang konyol
5.
Adegan ayah Hazel dan Gus yang nunggu Hazel buat
piknik
6.
Adegan Gus jemput Hazel dan Ibunya naik mobil
mewah. Ini waw kali memang buat seorang Augusutus wkwk
7.
Of course, adegan pesawat itu yang paling kocak.
8.
Makan malam ;)
9.
Anne Frank House, liat perjuangan Hazel buat
naikin tangga itu mengharukan
di Anne Frank house, first kiss mereka :)) |
10.
Gus nunduk ngasih hormat pas semua orang tepuk
tangan after kissing scene
11.
Adegan lempar telur dan kekocakan Augustus.
12.
Setelahnya adegan menyedihkan, yang begitu pilu
untuk menyasikannya hingga habis film.
Well, itulah pengalaman, resensi, perbedaan versi novel dan
film yang bisa saya buat. Semuanya murni dari pikiran sendiri. Soalnya ga
selesai2 galaunya mirikin TFIOS ini, jadi yauda mending diutaran di blog. So I
hope you enjoy this story as much as I am. See yaaa.
I do Augustus.
I do.
3 komentar:
so, what about 'kemalangan luar biasa' peter van houten, is that real book?
i dont think so, it's just a fiction john greean created to this story
Coba aplikasi MYDRAKOR, menonton film drama korea lebih mudah di hp kamu, kualitas video yang HD dan banyak pilihan film drama korea terbaik, tinggal download di GooglePlay, dapatkan MYDRAKOR secara gratis.
https://play.google.com/store/apps/details?id=id.mydrakor.main&hl=in
https://www.inflixer.com/
Posting Komentar